Sunday, November 4, 2012

The Red Devils vs The Gunners: Kalem Sebelum Badai



Dulu, pertemuan antara Manchester United dan Arsenal biasanya selalu dan berujung riuh. Musim ini, memang ada riuh bernama Robin van Persie. Tapi, ini terlalu tenang.

Bukan. Ini bukan mengharapkan pertandingan Sabtu nanti jadi panas, apalagi muncul kontroversi lagi. Ini hanya sebagai pembanding, pengingat, bahwa pada masanya dulu United dan Arsenal pernah jadi rival yang begitu berkarat. Sebelum ada 'Tsar' atau Sheikh datang ke tanah sang Ratu, keduanya bak bergantian memilikiPremier League.

Ketika MU tengah asyik menjadi raja pada medio 90-an. Arsene Wenger datang dari belahan timur. Siapa Arsene Wenger? Pelatih dari mana dia? Jawaban ini muncul tak lama kemudian.

Wenger bukanlah Sir Alex Ferguson yang tampak berapi-api. Penampilannya parlente, kalem, berhidung mancung, dan terlihat lebih mirip seorang guru ketimbang pelatih. Di sisi lain, Fergie adalah seorang jenius yang puritan, punya latar belakang kehidupan keras di Skotlandia sana, dan tak segan-segan membentak siapa pun. "Dia terkadang agak kelewatan," kata Wenger sembari tersenyum. Komentar Wenger itu terucap ketika memberikan testimoni di masa 25 tahun Fergie jadi manajer 'Setan Merah'.

Ah, komentar itu pun menunjukkan betapa kedua manajer juga sudah melunak. Fergie dan Wenger memang rival di pinggir lapangan. Tapi, di luar itu mereka adalah rekan.

Dalam beberapa tahun belakangan, Fergie dan Wenger tak melulu sibuk dengan satu sama lain. Wenger pernah berseteru dengan Jose Mourinho dan sebagai balasannya dikatai "Tukang Ngintip" oleh manajer asal Portugal itu. Fergie? Ada yang belum pernah lihat foto dirinya beradu argumen keras dengan Roberto Mancini di pinggir lapangan?

Di masa keemasan rivalitas ini, Fergie dan Wenger adalah sebuah pengejawantahan dari pertarungan Roy Keane dan Patrick Vieira. Keane pernah mengamuk di lorong menuju lapangan lantaran Vieira mengintimidasi Gary Neville. "Lihat kau nanti di lapangan!" Seru Keane sebelum akhirnya ditenangkan (dan diminta diam) oleh wasit. Namun, salutnya, Keane yang emosi itu justru kemudian bermain dengan tenang di lapangan. Tak ada tekel kasar. Ia kalem memimpin rekan-rekannya, membagi bola dengan bijak ke seluruh lapangan.

Pada lain kesempatan, Vieira pernah dengan santai meminta Keane untuk santai sebelum pertandingan. Tampang Keane, ketika itu, memang terlihat tegang (atau mungkin kelewat serius?). Dahinya nyaris mengerut, matanya menatap tajam. "Hey, santai saja," kira-kira demikian ucap Vieira.

Mau tahu jawaban Keane? "Kami baru bisa santai kalau sudah unggul 12 poin dari kalian."

Keane dan Vieira memang begitu. Anda akan mudah melihat mereka berhadapan dengan wajah marah dan mulut berteriak.. Di lapangan. Pada masa keemasan rivalitas ini, pemandangan seperti itu seperti wajar terjadi.

Tapi, sama seperti kedua manajer mereka dulu, Keane dan Vieira disebut-sebut akur di luar lapangan. Belum lama ini, saya menemukan sebuah foto, di mana keduanya berdandan rapi, dengan jas yang licin, dan berdiri berdampingan sambil tersenyum. Sungguh pemandangan yang kontras dengan apa yang terlihat dulu.

Well, seperti itulah United dan Arsenal sekarang. Seperti ada yang lebih penting dari sekadar rivalitas berat itu. Mungkin Chelsea, mungkin Manchester City, mungkin jadwal yang belakangan terlalu padat. Rivalitas yang kalem. Tanpa riuh-riuh.

Kalaupun ada potensi badai, maka orang-orang pasti sudah akan menyebut nama Van Persie. (Mantan) Pahlawan Arsenal yang dikira akan berakhir seperti Dennis Bergkamp, namun tahunya malah mengambil jalan yang berlawanan. Dulu Ruud van Nistelrooy pernah membuat sekelompok bek Arsenal murka dan tampak nyaris menjotosnya. Hukuman dijatuhkan di mana-mana. Sementara Van Nistelrooy diam-diam saja. Ia pun bebas dari hukuman. Entah nanti Van Persie akan seperti apa.

Fergie dan Wenger dari jauh-jauh hari sudah mengeluarkan komentar yang isinya meminta untuk menghormati Van Persie. Jauh-jauh hari mereka sudah meminta untuk menjauhi masalah. Faktor Van Persie pun dibuat sekecil mungkin. Dan memang, kalau melihat rivalitas ini sejak waktu di tahun 90-an itu, selalu lebih dari sekadar satu orang saja.

No comments:

Post a Comment