Friday, June 29, 2012

Memang Selalu Balotelli



Kiev - Sosok Mario Balotelli memang tak pernah lepas dari sorotan. Saat memperkuat Manchester City, pemain berjuluk 'Super Mario' itu pun sampai harus bertanya: Why always me?

Sejumlah aksi kontroversial pernah diperbuat Balotelli saat di luar lapangan. Mulai dari kasus bermain kembang api di dalam rumah, hingga membagi-bagikan uang dengan menjadi Sinterklas di hari Natal.

Pun begitu, performanya di atas lapangan juga patut untuk mendapatkan pujian. Balotelli kerap mendapatkan sanjungan karena menjadi penentu kemenangan tim.

Contoh performa gemilang paling anyar dari Balotelli terjadi dalam laga semifinal Piala Eropa saat Italia melawan Jerman di National Stadium, Warsawa, Jumat (29/6/2012) dinihari WIB. Ia mengemas dua gol yang mangantarkan Gli Azzurri ke laga final usai memetik kemenangan tipis 2-1.

Gol pertama dikemas Balotelli melalui sundulan kepala, sementara satu lagi lewat tendangan akurat kaki kanan yang bersarang di pojok kiri gawang Die Mannschaft yang dikawal oleh Manuel Neuer.

Sumbangan dua gol pemain 21 tahun itu seakan menjadi tebusan di pertandingan sebelumnya saat Italia melawan Inggris. Sebabnya, ia tak bermain maksimal setelah membuang banyak peluang mencetak gol.

Atas penampilan ciamiknya itu, Balotelli menegaskan diri sebagai striker Italia paling tajam di Polandia-Ukraina dengan tiga gol yang sudah dia bikin.

Menengok pada selebarasi gol Balotelli laga derby Manchester antara Manchester City dan Manchester United di bulan Oktober tahun lalu, dia membuka jersey untuk menujukkan tulisan 'Why always me?'.

Atas pertanyaan itu, inilah jawaban dari pelatih timnas Italia, Cesare Prandelli.

"Balotelli sangat bagus seperti tim secara keseluruhan. Saya benar-benar membutuhkan tim yang mempunyai ide, dan Balotelli selalu memiliki itu," jelas Prandelli di situs resmi UEFA.

"Dia selalu ada, terus berlari di lapangan dan melaksanakan tugas dengan baik. Dia ada dalam pertandingan, dia sangat fokus, berkonsentrasi, dan melakukan seperti apa yang saya perintahkan kepadanya.

"Saya memilihnya karena saya melihat dia berjuang dan tidak mau mengambil resiko padanya. Saya bangga dengan pemain ini -- Saya tidak ingin semua ini menjadi tentang diri saya," tandasnya.

Penalti Pertama yang Luar Biasa untuk Pique



Gdansk - Tendangan penalti Gerard Pique ke gawang Portugal ternyata merupakan eksekusi pertama dia sepanjang karier profesional di pertandingan resmi. Pique pun mengaku antusias dengan tembakannya.

Pique menjadi penendang penalti ketiga saat Spanyol dan Portugal berhadapan di semifinal Euro 2012. Penunjukkan Pique sebagai salah satu algojo bisa dibilang mengejutkan karena dia ternyata sama sekali belum pernah menendang penalti di ajang resmi.

Menurut catatan Marca, Pique harus menunggu 277 pertandingan resmi sebelum akhirnya melepaskan tendangan penalti pertamanya dalam laga tersebut. Rangkaian tersebut berlangsung sejak dia masih di Manchester United, Real Zaragoza, Barcelona dan tentunya timnas Spanyol.

Meski baru sekali mengeksekusi penalti, Pique melaksanakan tugasnya dengan sangat baik. Dia berhasil memaksa kiper Portugal memungut bola dari gawangnya. Dan di akhir laga, penalti dari bek 25 tahun itu membantu mengantar La Furia Roja jadi pemenang.

"Itu adalah (penalti) yang pertama buat saya. Saya percaya diri dan sudah berlatih sebelumnya. Perasaannya sangat luar biasa. Untuk inilah kami bertanding," sahut Pique dalam sebuah program televisi.

Di Barcelona Pique tak pernah dapat kesempatan penalti karena pemain yang ditunjuk sebelumnya adalah Samuel Eto'o, David Villa, Lionel Messi atau Zlatan Ibrahimovic. Sementara di timnas Spanyol, kepercayaan tersebut biasanya diberikan pada Villa.

Spanyol Tak Menyesal 'Bantu' Loloskan Italia


Krakow - Spanyol punya peluang mendepak Italia dari Euro 2012 di matchday terakhir fase grup. Kalau kini Gli Azzurri akan kembali jadi lawan di babak final,La Furia Roja sama sekali tak menyesali hal tersebut.

Spanyol butuh hasil imbang 1-1 atau 2-2 saat menghadapi Kroasia di pertandingan terakhir Grup C. Dengan hasil tersebut Iker Casillas terjamin lolos ke delapan besar dan pada saat bersamaan mendepak Italia dari kompetisi, apapun hasil laga Azzurri kontra Republik Irlandia.

La Furia Roja sendiri akhirnya memetik kemenangan 1-0 dengan susah payah. Dengan Italia juga menang 2-0 atas Republik Irlandia, maka dua posisi teratas Grup C jadi punya dua tim unggulan tersebut.

Setelah melewati jalannya masing-masing, Spanyol dan Italia akan kembali berhadapan di final. Mempertimbangkan permainan anak didik Cesare Prandelli semakin membaik dari satu pertandingan ke pertandingan berikutnya, Spanyol dianggap dalam ancaman serius untuk bisa mempertahankan titelnya.

Meski begitu, pelatih Spanyol Vincente Del Bosque menegaskan kalau pihaknya sama sekali tak menyesal dengan kemenangan yang sudah dipetik atas Kroasia.

"Kami tidak pernah menyesal tidak bermain imbang dengan Kroasia untuk bisa menggugurkan Italia. Itu bukan sesuatu yang baik untuk olahraga. Italia dan kami sendiri telah menjalani kehidupan pararel dan kami sekarang harus berada pada level yang dibutuhkan untuk sebuah laga final," sahut Del Bosque di Football Italia.

"Saat kami menghadapi Italia di pertandingan pertama, Antonio Cassano bilang ke asisten pelatih saya Toni Grande kalau kami akan bertemu lagi di final dan beginilah ceritanya," lanjut dia.

Dengan pertemuan pertama kedua tim berkesudahan 1-1, Del Bosque menyebut kalau kondisi kedua tim di final bakal sangat berbeda.

"Fakta bahwa kami saling berhadapan di fase grup tidak menunjukkan kondisi pertandingan secara keseluruhan."

"Mereka tim dengan banyak sekali pengalaman dan berpusat pada Andrea Pirlo dan Daniele De Rossi di tengah lapangan. Poros mereka adakah koneksi antara Pirlo dan Mario Balotelli," tuntas pelatih 61 tahun itu.

Singkirkan Jerman, Italia ke Final



Warsawa - Italia melangkah ke babak final setelah menyingkirkan salah satu tim favorit, Jerman. Gli Azzurri memetik kemenangan 2-1 dan akan menghadapi Spanyol di babak final.

Dalam laga yang dimainkan di National Stadium, Jumat (29/6/2012) dinihari WIB, Italia membuka keunggulan di menit ke-20 lewat sundulan Balotelli. Penyerang Manchester City itu kemudian mencetak satu gol lagi di menit ke-36 untuk memberi keunggulan 2-0 bagi Italia.

Di babak kedua, Jerman memperkecil ketinggalan lewat eksekusi penalti Mesut Oezil. Hingga peluit panjang berbunyi, Italia mampu mempertahankan keunggulan 2-1 atas Jerman.

Dengan demikian maka Italia akan menghadapi Spanyol di babak final. Spanyol sudah memastikan satu tempat di babak final satu hari sebelumnya setelah menyingkirkan Portugal lewat adu penalti.

Jalannya Pertandingan
Jerman mengancam gawang Italia saat laga berjalan lima menit. Lewat sebuah sepak pojok, Hummels menyambut bola namun masih mengenai Pirlo yang berdiri di depan gawang.

Kemelut di depan gawang Italia nyaris menghasilkan gol bunuh diri bagi Italia. Boateng melepaskan umpang ke depan gawang. Buffon mampu menepisnya namun bola mengenai Barzagli. Beruntung bagi Italia, bola pantulan itu masih menyamping di sisi kiri gawang Buffon.

Percobaan Toni Kroos dari luar kotak penalti belum membuahkan hasil. Tembakannya masih mampu ditepis dengan baik oleh Buffon.

Italia balik menyerang. Kali ini giliran Montolivo yang mencoba melepaskan tembakan dari luar kotak penalti. Namun bola masih mampu ditangkap oleh Neuer. Begitu juga dengan upaya Cassano tak lama kemudian.

Gol! Italia membuka keunggulan di menit ke-20. Menyerang dari sisi kiri, Cassano memutar badan dan melewati dua pemain belakang Jerman dan kemudian melepaskan umpan ke dalam kotak penalti. Balotelli menyambutnya dengan sebuha sundulan yang merobek gawang Manuel Neuer.

Jerman membangun serangan dari sisi kiri. Boateng mencoba melepaskan umpan kepada Podolski namun Balzareti menghalaunya dan hanya menghasilkan sepak pojok untuk Jerman.

Khedira! Sepakannya dari luar kotak penalti masih mampu dihalau Buffon.

Italia menggandakan keunggulan di menit ke-36. Menerima umpan dari Riccardo Montolivo, Balotelli yang lepas dari jebakan offside melepaskan tembakan keras yang tak mampu dihalau Neuer.

Hingga turun minum, Italia mampu mempertahankan keunggulan 2-0 atas Jerman.

Memasuki babak kedua, Jerman lebih dulu mengambil inisiatif serangan. Reus yang masuk menggantikan Podolski bergerak dari sisi kanan dan masuk ke dalam kotak penalti. Namun penyelesaian akhirnya masih mampu diamankan oleh Buffon.

Jerman kembali membangun serangan. Sepakan Lahm menyelesaikan kerja sama satu-dua dengan Reus masih melambung di atas mistar gawang Buffon.

Balotelli! Bergerak dari sisi kanan, Balotelli kemudian melepaskan tembakan. Tapi bola masih melenceng dari sasaran.

Jerman mendapat peluang lewat tendangan bebas di menit ke-62. Namun eksekusi Reus masih mampu dihalau oleh Buffon.

Italia balik mengancam di menit ke-67. Diamanti mengirim bola pada Marchisio. Namun sepakan Marchisio masih menyamping di sisi kiri gawang Neuer.

Marchisio! Usai mengecoh Badstuber, Marchisio melepaskan tembakan. Tapi bola masih bergulir di samping gawang Jerman.

Italia kembali dapat peluang. Lepas dari jebakan offside, Di Natale tinggal berhadapan dengan Neuer. Namun bola sepakannya masih luput dari sasaran.

Kroos! Sepakannya dari luar kotak penalti masih melayang di atas mistar gawang Buffon.

Jerman memperkecil ketertinggalan di akhir babak kedua. Wasit menunjuk titik putih setelah Balzaretti melakukan handsball di kotak penalti. Oezil yang maju sebagai eksekutor sukses melaksanakan tugasnya.

Hingga peluit panjang berbunyi, Italia mampu mempertahankan keunggulan 2-1 atas Jerman dan berhak melangkah ke final.

Susunan Pemain
Jerman: Neuer, Boateng (Mueller 71'), Hummels, Badstuber, Lahm, Khedira, Schweinsteiger, Kroos, Ozil, Podolski (Reus 46'), Gomez (Klose 46')

Italia: Buffon, Balzaretti, Barzagli, Bonucci, Chiellini, Marchisio, Pirlo, De Rossi, Montolivo (Motta 63'), Cassano (Diamanti 57'), Balotelli (Di Natale 69')

Buffon Sempat Dibuat 'Marah' oleh Lini Belakang Italia



Warsawa - Italia memang berhasil melangkah ke final usai menundukkan Jerman di semfinal. Namun Gianluigi Buffon sempat dibuat ketar-ketir oleh lini belakang Italia di sisa lima menit terakhir pertandingan.

La Nazionale berhasil mengalahkan Jerman di babak semifinal yang dimainkan di National Stadium, Jumat (29/6/2012) dinihari WIB, dengan skor 2-1. Dua gol Mario Balotelli hanya mampu dibalas satu oleh Mesut Oezil.

Die Mannschaft harus rela angkat koper dari Polandia-Ukraina. Sementara Italia akan bertarung melawan Spanyol yang telah lebih dulu berada di final.

Setelah meraih keunggulan 2-0 di babak pertama, Italia lebih cenderung bermain bertahan. Meski sesekali melakukan serangan balik yang sempat mengancam kembali gawang Manuel Neuer, Italia harus bermain defensif untuk menahan gempuran Sami Khedira dkk.

Di lima menit terakhir, beberapa kali gawang Buffon malah terancam. Hal inilah yang membuat kapten Italia ini 'marah'. Ia khawatir Jerman akan mampu membalikkan keadaan.

"Kami bermain untuk sesuatu benar-benar bergengsi. Sehingga tidak tepat bila dalam lima menit menjelang pertandingan tersebut kami bermain dengan penuh resiko," kata Buffon seperti termaktub di Football Italia.

"Bila mereka mencetak gol keberuntungan untuk mengubah skor 2-2, kami bisa saja menderita kekalahan (dengan skor) 9-2 pada perpanjangan waktu. Kami bermain di Piala Eropa dan tidak bisa mengambil risiko," lanjut kiper Juventus ini.

"Saya selalu mengevaluasi penampilan dan sikap daripada hanya membahas soal menang atau kalah. Sebagian besar dari kami masih muda dan perlu belajar. Akan tepat jika pemain yang lebih tua mengingatkan kepada yang lebih muda agar tak menimbulkan masalah."

Meski demikian, Buffon mengatakan bahwa Italia telah melakoni pertandingan dengan hebat dan bisa saja menang dengan skor lebih besar.

"Kami memainkan pertandingan yang hebat dan bisa saja menang dengan skor yang lebih besar. Tapi ada kalanya kami membuat insiden buruk. Beruntung, pertandingan ini berjalan baik bagi kami," tutup sang kapten.

Dari 'Super Mario' untuk Sang Ibu



Warsawa - Mario Balotelli tampil sebagai pahlawan lewat dua golnya saat mengalahkan Jerman di semifinal. Dua gol 'Super Mario' persembahkan untuk ibunda yang menonton langsung aksinya tersebut.

Cuma satu gol yang dicetak Balotelli sebelum laga semifinal di National Stadium Warsawa, Jumat (29/6) dinihari WIB. Balotelli melakukannya di laga kontra Republik Irlandia di mana Italia menang 2-0.

Selebihnya Balotelli tercatat sebagai pemain kedua paling banyak memiliki shot on target yakni 12 dan itulah kemudian yang membuat striker bengal ini banyak mendapat kritik karena kerap membuang-buang peluang.

Tapi di laga kontra Jerman barusan, Balotelli menunjukkan kelasnya sebagai salah satu striker top Eropa. Dua gol dibuatnya ke gawang Manuel Neuer untuk membawa Italia leading 2-0 sebelum akhirnya Mesut Oezil memperkecil jadi 1-2 di penghujung laga.

Italia melaju ke final dan akan menantang juara bertahan Spanyol akhir pekan nanti. Sebuah momen fantastis untuk Balotelli yang usai pertandingan tampak berjalan ke tribun untuk menghampiri seorang wanita paruh baya dan memeluknya erat. Ya wanita itu adalah orang tua angkat pesepakbola 22 tahun itu.

"Di akhir laga ketika saya berjalan menghampiri ibu saya dan itu adalah momen terbaik. Saya bilang padanya bahwa gol ini untuknya," sahut Balotelli di Football Italia.

"Saya sudah menunggu lama untuk momen seperti ini, khususnya ketika ibu saya tidak lagi muda dan tidak bisa berpergian jauh. Jadi saya harus membuatnya bahagia ketika dia datang jauh-jauh ke sini. Ayah saya juga akan hadir di laga final," sambungnya.

"Sebelum laga ada ibu saya, saudara saya, kakak ipar saya dan sahabat saya di pinggri lapangan. Didampingi orang-orang terdekat dan tersayang bikin saya semangat. Lagu apa yang saya dengarkan sebelum pertandingan? Drake. Dia adalah sahabat saya," pungkas Balotelli.

Dengan dua gol ini, Balotelli sudah mencetak tiga gol dan berpeluang menjadi topskorer apabila mencetak satu gol di laga final yang akan dihelat di Olympic Stadium Kiev.

Thursday, June 28, 2012

Inggris vs Italia: Utopia versus Realisme



Jakarta - Banyak orang mengernyitkan dahi saat coba mengingat kapan Inggris terakhir kali bertemu Italia. Walau bukan rival berat seperti Jerman-Belanda, Italia dan Inggris punya sisi menarik dari perbedaan kental akan filosofi sepakbola.

Bukan hal mengherankan ketika Italia memastikan diri bertemu Inggris di perempat final. Ya, rivalitas keduanya bukan seperti rivalitas antara Jerman-Belanda yang dilatarbelakangi sejarah perang dunia. Pun bukan seperti Argentina-Brasil yang memperebutkan status negara penguasa sepakbola di satu benua.

Walau kedua negara ini menjadi kiblat sepakbola Eropa dan dunia, Inggris dan Italia sendiri jarang dipertemukan di level kompetisi tertinggi. Rivalitas sonder pertemuan. Sepi.

Tapi, bukan berarti partai perempat final kali ini tidak menghadirkan tensi tinggi antara keduanya. Perbedaan filosofi sepakbola acap kali mengakibatkan suporter negara-negara ini beradu argumen dan saling mencerca.

Fans dan jurnalis Inggris sering memberi label pada sepakbola Italia sebagai sepakbola yang kotor, malas, defensif, dan penuh kecurangan. Sementara suporter dan media Italia menilai Inggris memainkan sepakbola yang terlalu naif dan jujur.

Utopia versus Realisme

Kultur di atas lapangan, atau di tribun stadion, tak bisa lepas dari budaya yang berkembang di masyarakat bersangkutan. Sebagian nilai dalam sepakbola Inggris berasal dari nilai etika protestan yang memiliki respek akan hukum dan peraturan. Nilai-nilai yang sama mengajarkan bahwa kerja keras dan kejujuran adalah nilai tertinggi yang dapat dimiliki oleh seseorang.

Sementara Italia memiliki kultur berbeda, yaitu kultur yang mengenal konsep peraturan adalah konsep relatif. Bahwa perbedaan antara kebenaran dan kebohongan, antara fair-play dan kecurangan, tidak selamanya hitam dan putih. Ada ruang-ruang untuk imajinasi dan interpretasi di sana.

Perbedaan nilai-nilai inilah yang menjadikan kedua negara melihat pertarungan di lapangan hijau dengan dua kacamata berbeda.

Suporter Inggris sering menyamakan pertarungan di lapangan layaknya duel; pertarungan sampai mati. Saat Inggris pergi berperang, mereka pergi dengan prinsip lebih baik mati dari pada menyerah di medan perang. Kalaupun kalah, mereka akan mati dengan tenang jika mengetahui bahwa mereka telah berjuang dengan jujur dan memberikan segalanya. Nilai-nilai yang sama juga dipegang oleh kelas pekerja sosialis di Inggris.

Sementara Italia, dan banyak negara Latin lainnya, melihat sepakbola sebagai pertarungan di hutan rimba, di mana mempertahankan diri dinilai lebih penting daripada nilai-nilai. Mereka akan menggunakan segalanya untuk tidak kalah, bahkan jika itu berarti bermain di daerah abu-abu.

Maka jangan heran jika tipe sepakbola yang Italia usung adalah sepakbola yang penuh kalkulasi dan strategi. Pesepakbola Italia bertarung tidak hanya dengan kakinya, tapi juga dengan otaknya, dengan imajinasinya, dengan emosinya, dengan hatinya, dengan tangannya, bahkan dengan matanya.

Mereka akan menghitung kelemahan terbesar lawan dan mengeksploitasinya, walau itu dilakukan dengan mengacaukan emosi dan psikologis musuhnya.

Andrea Tallarita, dalam kolom brilliannya “Understanding Italian Football", mengilustrasikan kedua perbedaan kultur ini dengan baik. Orang Inggris memiliki Sir Gawain, keponakan Raja Arthur dan salah seorang ksatria meja bundar terhebat, sebagai pahlawan. Sementara Italia mengidolai Ulysses, penasihat raja Ithaca yang cerdik dan berhasil menang dalam perang karena trik tipuan kuda Troya-nya.

Kultur sepakbola yang satu akan selalu berjuang mencapai utopia yaitu saat kemenangan dicapai melalui kejujuran. Sementara kultur yang lain mengakar pada realita.

Pertarungan di lapangan: Fantasisti versus Pemain Sayap

Kata "imajinasi" mungkin jadi kata yang tepat untuk menggambarkan filosofi sepakbola Italia di lapangan. Hal ini dikarenakan kultur sepakbola mereka, yang sarat dengan taktik dan kalkulasi, memaksa tim-tim Italia untuk memiliki imajinasi untuk membongkar strategi.

Adalah peran seorang fantasisti, yang secara harafiah diartikan sebagai "pekerja imajinasi", untuk menyediakan kreativitas di lapangan. Mereka yang diberi anugrah kemampuan sebagai seorang fantasisti bahkan dianggap setengah dewa oleh suporter Italia. Dari masa ke masa Italia pun telah menghasilkanfantasisti yang selalu dikenang seperti Gianni Rivera, Gigi Meroni, Roberto Baggio, Francesco Totti, atau Alessandro Del Piero.

Fantasisti sendiri bukan merupakan satu posisi khusus yang ditempati oleh seorang pemain. Lewat kolomnya lagi, Andrea Tallarita menjabarkan bahwa fantasisti adalah kemampuan seorang pemain untuk melihat kapan saat jendela kesempatan, untuk menyergap lawan secara tiba-tiba, terbuka.

Bak seorang pesulap yang mengubah tongkat menjadi bunga dalam sekejap mata, seorang fantasisti dapat menipu lawannya untuk melakukan gerakan atau koreografi yang tak terduga. Di Piala Eropa ini perhatikanlah Antonio Cassano. Berbeda dengan Pirlo, sering kali umpan atau tendangan yang Cassano lakukan bukan lahir secara metodik. Seolah berontak pada aturan kapan dan bagaimana suatu umpan harus dilakukan.

Walau tak memiliki padanan kata dalam bahasa lain, fantasisti sendiri tidak dimonopoli pemain berkebangsaan Italia. Rui Costa, Zinedine Zidane, Yuri Djorkaef, atau Kaka, datang ke Seri A kemudian pulang dengan meninggalkan jejak sebagai fantasisti yang akan selalu dikenang.

Namun, dalam sejarah panjang sepakbola Inggris, kehadiran fantasisti asli Inggris sendiri dapat dihitung dengan sebelah tangan. Matt Le Tissier dan Paul Gascoigne adalah beberapa di antaranya.

Berbeda dengan Italia, peran dalam permainan sepakbola Inggris berasal dari pakem tradisional yang sulit tergantikan hingga saat ini.

Aturannya mudah: pemain bertubuh besar digunakan sebagai striker utama dan pemain tengah. Pemain dengan kecerdasan tinggi ditempatkan sebagai striker kedua. Pemain yang sulit untuk dijatuhkan melakoni peran sebagai pemain belakang, dan pemain dengan kecepatan tinggi diposisikan sebagai pemain sayap.

Pakem-pakem ini menyebabkan Inggris menghasilkan tipe-tipe pesepakbola yang sama dari generasi ke generasi. Salah satunya adalah pemain sayap.

Selain Portugal, di Eropa Inggris memang jadi negara yang rutin menghasilkan pemain sayap, baik itu pemain sayap murni (pemain berkaki kanan ditempatkan di sayap kanan, dan sebaliknya), maupun wingeryang bergerak menusuk ke dalam atau lebih dikenal dengan inverted winger. 

Generasi saat ini mengenal nama-nama seperti Ashley Young, James Milner, Stewart Downing, Theo Walcott, atau Adam Johnson. Sementara pada periode 90-an ada David Beckham, Ryan Giggs (dibesarkan di Liga Inggris), Steve Mcmanaman, ataupun John Barnes.

Pemain sayap ini digadang-gadang menjadi kunci kesuksesan sebuah klub yang ingin merajai Liga Inggris. Salah satu contohnya adalah apa yang dilakukan Alex Ferguson di Manchester United. Walau membuang David Beckham dari klubnya, Ferguson tak pernah gagal menghadirkan kembali serentetan pemain sayap kelas dunia di Manchester. Mulai dari Giggs, Cristiano Ronaldo, Nani, hingga kini Ashley Young berhasil ia didik. Beberapa di antaranya mampu membawa MU meraih piala demi piala di Liga Inggris.

Seperti halnya Inggris yang jarang memproduksi seorang fantasisti, sepakbola Italia pun jarang menghasilkan seorang pemain sayap. Paling banter tim-tim Italia menggunakan seconda punta (striker kedua), yang memiliki kecepatan tinggi, sebagai penyerang yang ditempatkan di sayap dalam formasi 4-3-3.

Hal ini juga diperparah dengan diadopsinya formasi 4-2-3-1 dan 4-3-1-2 oleh klub-klub serie-A dalam satu dekade terakhir. Formasi ini menitikberatkan pada peran central-midfielder sehingga para pemain sayap jarang mendapatkan panggung.

Walau kehadiran pemain sayap Inggris pada Piala Eropa ini kurang bersinar, setidaknya ada 4 gol Inggris berasal dari area sayap kanan lapangan. Di kubu Italia sendiri peran sentral Cassano dalam membuka ruang dan memberikan umpan matang pada Balotelli tak terbantahkan.

Menarik untuk diamati apakah kedua kulminasi kultur sepakbola yang berbeda ini dapat jadi titik awal rivalitas panjang antara Inggris dan Italia.

Lewat Adu Penalti, Spanyol Pulangkan Portugal





Spanyol melaju ke final Piala Eropa setelah menang adu penalti 4-2 atas Portugal pada laga semifinal di Donbass Arena, Donetsk, Rabu (27/6/2012). Adu penalti dilakukan karena kedua kubu bermain 0-0 hingga akhir babak tambahan.
Berikut ini adalah urutan eksekutor penalti.
0-0  Xabi Alonso (Spanyol) - gagal - tembakan ke kanan bawah gawang ditepis Rui Patricio
0-0 Joao Moutinho (Portugal) - gagal - tembakan ke kanan bawah gawang ditepis Iker Casillas
0-1 Andres Iniesta - gol - tembakan ke kiri bawah gawang
1-1 Pepe - gol - tembakan ke kanan bawah gawang
1-2 Gerard Pique - gol - tembakan ke kanan bawah gawang
2-2 Nani - gol - tembakan ke kanan atas gawang
2-3 Sergio Ramos - gol - tembakan ke tengah gawang
2-3 Bruno Alves - gagal - tembakan mengenai mistar gawang
2-4 Fabregas - gol - tembakan masuk setelah mengenai tiang kanan gawang
Spanyol mendominasi penguasaan bola, tetapi kesulitan mengalirkan serangan hingga tuntas. Mereka belum menemukan solusi ketika Portugal menyelipkan serangan yang berujung tembakan Ronaldo pada menit ke-24.

Tembakan Ronaldo meleset dari sasaran, tetapi Portugal cukup mampu mempertahankan tekanan mereka. Meski lama dan tak sampai berada dalam situasi sangat berbahaya, Spanyol sempat kerepotan mengatasi tekanan Portugal.

Menjelang menit ke-30, Spanyol baru bisa keluar dari tekanan Portugal dan melancarkan serangan. Usaha kali ini membuahkan tembakan dari Andres Iniesta, yang meleset dari sasaran.

Portugal bergerak cepat membalas. Setelah merebut bola dari Jordi Alba, Joao Moutinho mengirimkan bola kepada Ronaldo. Ronaldo kemudian melepaskan tembakan yang membuat bola melesat ke sisi kanan gawang Iker Casillas.

Setelahnya, permainan berjalan lebih terbuka. Namun, kedua kubu sama-sama tak menemukan solusi, sampai peluit turun minum berbunyi.

Pertandingan di babak kedua berlangsung lebih terbuka. Spanyol tampak mencoba bermain lebih lugas dan Portugal mempertahankan agresivitasnya. Namun, mereka sama-sama kesulitan menciptakan ruang tembak dan peluang.

Hugo Almeida mencoba memecah kebuntuan dengan tembakan dari jarak sekitar 23 meter pada menit ke-58, tetapi tembakannya melesat ke atas gawang Spanyol.

Usaha berikutnya dilakukan Spanyol melalui Xavi pada menit ke-68. Namun, tembakannya mengarah tepat ke Rui Patricio.

Portugal membalas itu dengan dua eksekusi tendangan bebas pada menit ke-73 dan ke-84. Namun, keduanya melesat ke atas gawang Casillas.

Menjelang injury time, Ronaldo kembali mendapatkan kesempatan dan gagal memanfaatkannya. Menguasai bola tanpa pengawalan berarti di dalam kotak penalti, ia melepaskan tembakan yang melambung jauh dari sasaran.

Spanyol tampak lebih baik di babak kedua. Selain bisa mencegah lawan bergerak menyerang, mereka juga lebih konsisten mengalirkan serangan hingga tuntas.

Pada menit ke-96 dan ke-104, misalnya, Andres Iniesta melepaskan tembakan. Sementara usaha pertamanya diblok Bruno Alves, percobaan keduanya dijinakkan Rui Patricio.

Pada menit ke-110 dan ke-111, Cesc Fabregas dan Jesus Navas juga mencoba mencetak gol. Sementara tembakan Fabregas diblok Bruno Alves, tembakan Navas kandas di tangan Patricio.

Portugal sendiri beberapa kali mencoba menyelipkan serangan. Namun, usaha mereka banyak kandas di tengah jalan. Setelahnya, mereka kesulitan menutup ruang sehingga beberapa kali hampir kebobolan.
Menurut catatan UEFA, hingga akhir babak tambahan, Spanyol menguasai bola sebanyak 45 persen dan menciptakan lima peluang emas dari 11 kali usaha. Adapun Portugal melepaskan dua tembakan akurat dari sepuluh kali percobaan.

Susunan pemain:
Portugal (4-3-3): 
12-Rui Patricio; 2-Bruno Alves, 3-Pepe, 5-Fabio Coentrao, 21-Joao Pereira; 4-Miguel Veloso (6Custodio Dias de Castro 105), 8-Joao Moutinho, 16-Raul Meireles (18-Varela 113); 7-Cristiano Ronaldo, 9-Hugo Almeida (11-Nelson Miguel Castro Oliveira 81), 17-Nani

Spanyol (4-3-3): 1-Iker Casillas; 15-Sergio Ramos, 3-Gerard Pique, 18-Jordi Alba, 17-Alvaro Arbeloa; 16-Sergio Busquets, 14-Xabi Alonso, 8-Xavi (17-Pedro 87); 6-Andres Iniesta, 11-Alvaro Negredo (10-Cesc Fabregas 54), 21-David Silva (22-Jesus Navas 60)

Wasit: Cuneyt Cakir

Monday, June 25, 2012

Prandelli: Jerman & Spanyol Favorit di Semifinal



Kiev - Pelatih Italia, Cesare Prandelli, menyebut Jerman dan Spanyol sebagai tim favorit di semifinal Piala Eropa 2012. Prandelli pun berharap semua pemainnya siap tempur di babak empat besar.

Italia merebut satu tiket semifinal usai menyingkirkan Inggris di Kiev Olympic Stadium, Senin (25/6/2012) dinihari WIB. Setelah bermain imbang tanpa gol selama 120 menit, Gli Azzurri mengalahkan The Three Lions dalam adu penalti dengan skor 4-2.

Jerman, yang di perempatfinal mengalahkan Yunani, akan jadi lawan selanjutnya buat Italia. Duel seru ini akan dihelat di Stadion Nasional, Warsawa, Kamis (28/6/2012) mendatang.

Di semifinal lainnya, Spanyol akan berhadapan dengan Portugal. Spanyol sebelumnya menaklukkan Prancis, sedangkan Portugal memulangkan Republik Ceko.

"Jerman dan Spanyol favorit di sini," ucap Prandelli singkat, seperti dikutip situs resmi UEFA.

Saat ditanya soal pertemuan dengan Jerman, Prandelli menekankan pentingnya kebugaran para pemainnya untuk laga tersebut. Dia juga yakin Italia bisa memberi perlawanan kalau tampil seperti melawan Inggris.

"Kami senang, tapi kami harus siap melawan Jerman sekarang. Mereka punya istirahat dua hari lebih banyak. Kami butuh semua pemain fit dan segar," katanya.

"Selalu ada permainan menyerang saat menghadapi Jerman. Jerman adalah tim hebat, mereka membuat perubahan saat melawan Yunani dan ternyata sama tangguhnya. Kalau kami mempertahankan pendekatan yang sama, hasrat yang sama, saya pikir kami bisa bersaing," ujar eks pelatih Fiorentina ini.

Strategi Bertahan Inggris Justru Bikin Rooney Tak Berkutik



Wayne Rooney tak banyak memberi kontribusi saat Inggris kalah dari Italia. Minimnya peran striker Manchester United itu disebabkan oleh kesalahan Inggris sendiri, yang memilih bermain bertahan.

Meski memasang dua striker yakni Rooney dan Danny Welbeck, Inggris cenderung memainkan pola bertahan saat berhadapan dengan Italia. Di atas lapangan The Three Lionsmenarik banyak pemainnya jauh ke belakang, sebagaimana dilakukan Roy Hodgson kala menghadapi Prancis.

Strategi itu terbukti jitu hingga laga yang berlangsung di Kiev National Stadium, Senin (25/6/2012) dinihari WIB itu harus diselesaikan dengan babak adu tendangan 12 pas. Malang bagi tim asuhan Roy Hodgson itu, babak tos-tosan tak berjalan sesuai rencana.

Inggris kalah di babak ini setelah dua penendangnya, Ashley Young dan Ashley Cole, gagal mencetak gol. Sementara di pihak Gli Azzurri, cuma Riccardo Montolivo yang gagal menunaikan tugasnya dengan baik. Inggris tersingkir dengan skor akhir 2-4.

Atas strategi defensif yang diterapkan Inggris, bek Italia, Leonardo Bonucci menyatakan bahwa hal itu memberikan satu keuntungan tersendiri bagi timnya. Sebabnya dengan cara bermain seperti itu, ketajaman yang dimiliki Rooney tak dapat tereksploitasi dengan baik.

"Rooney tak berkutik saat menghadapi kami, disebabkan oleh taktik Inggris, karena dia harus banyak berlari ke belakang dan itu membuat dia lelah," jelas Bonucci di Football Italia.

Faktanya bukan Rooney saja yang jadi tidak efektif akibat strategi defensif Inggris tersebut. Dengan Welbeck juga harus naik turun membantu pertahanan, striker belia itu juga tak bisa berkontribusi besar pada timnya.

"Jerman tampil luar biasa di putaran final Piala Eropa dan babak kualifikasi, namun kami harus fokus untuk mengisi ulang baterai kami dan bersiap untuk semifinal. Sekarang kami di sini, kami ingin mengambil kesempatan kami," jelas asal bek Juventus itu terkait pertemuan dengan Jerman di babak semifinal.

"Semua pemain yang kami hadapi adalah pemain top di level ini, jadi kami menghadapi Mario Gomez dengan pendekatan yang sama seperti yang kami lakukan kepada Rooney, (Danny) Welbeck, atau (Andrew) Carrol," tegasnya.

'Balotelli Bakal Perbaiki Finishing-nya'



Kiev - Dalam laga melawan Inggris, Mario Balotelli punya banyak peluang. Namun, lantaran finishing yang buruk, penyerang klub Manchester City tetap saja gagal mencetak gol.

Secara keseluruhan, Gli Azzurri memiliki banyak peluang sepanjang 120 menit. Italia melepaskan 36 tembakan sepanjang laga dan 20 di antaranya tepat sasaran. Sementara Inggris hanya sembilan dan empat yang tepat sasaran.

Dari seluruh 36 tembakan tersebut, 11 di antaranya berasal dari Balotelli. Oleh situs resmi UEFA, bomber berusia 21 tahun tersebut dicatat punya 7 tembakanon target dan 4 tembakan off target. Namun, hasilnya nihil gol.

Peluang-peluang Balotelli mentah di tangan Joe Hart, gagal menemui sasaran, dan salah satunya juga sempat diblok oleh John Terry.

Oleh Andrea Pirlo, Balotelli dinilai membuat beberapa kesalahan dalam melakukan penyelesaian akhir. Namun, gelandang yang akhirnya dinobatkan menjadi man of the match itu meyakini bahwa Balotelli bakal memperbaikinya.

"Mario Balotelli bekerja keras dan membantu rekan setim yang lain. Dia membuat beberapa kesalahan dalam melakukan penyelesaian akhir. Tapi, dia punya kualitas dan akan memperbaikinya," ucap Pirlo diFootball Italia.

Sejauh ini, Balotelli baru membuat satu gol. Gol tersebut lahir pada laga melawan Republik Irlandia, di mana Balotelli mencetaknya dengan tubuh membelakangi gawang

Sunday, June 24, 2012

Blanc Sesalkan Gol Pertama Spanyol



Donetsk - Laurent Blanc menyesali gol pertama yang dicetak Spanyol ke gawang Prancis di babak pertama. Baginya, gol itu menjadi kunci kemenangan Spanyol atas timnya.

Les Bleus menghadapi Spanyol di babak perempatfinal Piala Eropa 2012 yang dimainkan di Donbass Arena, Minggu (24/6/2012) dinihari WIB.

Di laga itu, La Furia Roja yang tampil lebih dominan mencetak gol pertamanya di menit ke-19 lewat Xabi Alonso dan menutup paruh pertama dengan keunggulan 1-0. Di babak kedua, Alonso menggandakan keuggulan Spanyol dan memberi timnya kemenangan 2-0.

Bagi Blanc, gol pertama yang dicetak oleh Alonso itulah yang menjadi kunci kemenangan Spanyol. Jika skor masih 0-0 hingga jeda, pelatih berusia 46 tahun itu yakin Prancis bisa mengubah keadaan di babak kedua.

"Apa yang saya sesalkan adalah mereka mencetak gol dari peluang pertama yang mereka miliki. Mereka lebih dominan dalam penguasaan bola, tapi mereka tidak punya banyak peluang," jelas Blanc di situs resmi UEFA.

"Sial bagi kami, peluang pertama mereka menjadi gol. Saya pikir jika kami mampu mepertahankan skor 0-0 hingga jeda, kami bisa memulai lagi di babak kedua."

"Semua tim besar ada di Euro ini dan mereka akan ada di semifinal. Sayangnya, Prancis bukan salah satunya," tutupnya.

Bertemu Ronaldo di Semifinal, Alonso Tak Takut



Donetsk - Spanyol akan menghadapi Portugal di semifinal Piala Eropa 2012. Gelandang La Furia Roja, Xabi Alonso, mengaku tidak akan takut menghadapi kapten A Seleccao, Cristiano Ronaldo.

Spanyol lolos ke babak semifinal usai mempecundangi Prancis 2-0 dalam laga di Donbass Arena, Donetsk, Minggu (24/6/2012) dinihari WIB. Dua gol Spanyol diborong oleh Alonso.

"Tim ini fenomenal dan secara pribadi saya sangat puas dengan dua gol ini," kata Alonso seperti dilansir Sky Sports.

"Kami tidak memiliki banyak peluang tapi kami benar-benar mengontrol pertandingan," lanjutnya.

Di babak empat besar, Spanyol akan meladeni Portugal, Rabu (27/6/2012) mendatang. Saat ditanya soal kemungkinan bertemu Ronaldo, penyerang andalan Portugal yang juga rekannya di Real Madrid, Alonso mengaku tidak khawatir.

"Pertandingan selanjutnya (semifinal--red) adalah yang terpenting. Kami semua mengenal siapa Ronaldo, tetapi kami tidak takut," ucapnya.

"Kami sekarang di semifinal dan tentu saja semua pertandingan di babak ini adalah soal hidup dan mati," ujar mantan pemain Liverpool ini.

'Prancis Kalah dari Tim Terbaik di Dunia'



Donetsk - Prancis harus menelan kekalahan 0-2 dari Spanyol di babak perempatfinal Piala Eropa 2012. Adil Rami pun mengakui bahwa La Furia Rojaadalah tim terbaik di dunia.

Di laga perempatfinal yang dimainkan di Donbass Arena, Minggu (24/6/2012) dinihari WIB, Spanyol bermain lebih dominan dengan penguasaan bola 55%. Tim arahan Vicente Del Bosque itu juga tercatat lebih banyak melakukan serangan.

Dari catatan UEFA, Cesc Fabregas dkk. lebih banyak melepaskan tembakan, yaitu sembilan kali yang lima di antaranya mengarah ke gawang. Sementara Prancis hanya melakukan empat tembakan dan hanya satu yang mengarah ke sasaran.

Spanyol akhirnya memenangi laga dengan skor 2-0 lewat dua gol Xabi Alonso. Rami pun mengakui jika Les Bleus bertanding melawan tim terbaik di dunia.

"Dari sudut pandang saya, kami bermain cukup bagus dalam hal pertahanan. Benar jika kami mengalami kesulitan selama pertandingan, tapi kami sudah mengiranya," sahut bek Valencia itu di situs resmi UEFA.

"Sekarang kami harus mengatakan bahwa kami bermain melawan tim terbaik di dunia. Spanyol tidak punya banyak peluang, tapi ketika punya peluang mereka menyelesaikannya dan itulah yang memberi perbedaan."

"Tidak ada yang bisa Anda lakukan terkait hal itu. Tidak ada lagi yang bisa dikatakan. Sekarang kami harus angkat koper dan pulang. Kami hanya bisa memberi selamat pada Spanyol," tutupnya.

Dua Gol Alonso Antar Spanyol ke Semifinal



Donetsk - Spanyol memastikan satu tempat di babak semifinal Piala Eropa 2012. Dua gol yang dicetak oleh Xabi Alonso membuat Spanyol menyingkirkan Prancis dengan skor 2-0.

Bermain di Donbass Arena, Minggu (24/6/2012) dinihari WIB, Spanyol tampil tanpa penyerang murni. Namun mereka sukses membuka keunggulan lebih dulu lewat Alonso di menit ke-19.

Jelang akhir laga, Spanyol menggandakan keunggulannya. Alonso kembali mencetak gol dan kali ini lewat eksekusi penalti.

Kemenangan ini mengantar La Furia Roja melangkah ke babak semifinal. Di babak empat besar nanti, Spanyol akan menghadapi Portugal yang sebelumnya menyingkirkan Republik Ceko.

Jalannya Pertandingan
Spanyol lebih dulu mengambil inisiatif serangan. Di menit kelima, Alonso melepaskan umpan pada Fabregas yang ada di kotak penalti. Fabregas terjatuh di kotak penalti setelah terjadi kontak dengan Clichy tapi wasit mengatakan bukan pelanggaran.

Alonso mencoba melakukan tembakan dari jarak jauh. Namun bola masih mampu ditangkap oleh Lloris.

Spanyol kembali membangun serangan. Namun bola umpan Arbeloa dari sisi kanan mampu ditangkap oleh Lloris.

Gol! Serangan Spanyol akhirnya membuahkan hasil di menit ke-19. Bergerak dari sisi kiri, Jordi Alba kemudian melepaskan umpan ke dalam kotak penalti. Alonso yang tak terkawal tanpa kesulitan menyundul bola untuk membawa Spanyol unggul 1-0.

Prancis mendapat peluang di menit ke-25 lewat sebuah tendangan bebas setelah Benzema dilanggar oleh Alonso. Tapi eksekusi Benzema masih melayang si atas mistar gawang Casillas.

Spanyol menekan lewat serangan balik. Fabregas mengirim bola pada Iniesta yang kemudian melakukan tembakan. Namun bola masih mampu diblok pemain belakang Prancis dan hanya menghasilkan sepak pojok.

Peluang Prancis lewat tendangan bebas kembali gagal. Eksekusi Cabaye ke arah pojok kanan gawang masih mampu ditepis oleh Casillas.

Iniesta melakukan kerja sama satu-dua dengan Fabregas. Tapi tendangan Iniesta mampu diblok oleh Koscielny dan menghasilkan sepak pojok. Dari tendangan penjuru ini, sundulan Pique masih melambung di atas mistar gawang Prancis.

Spanyol dapat peluang di penghujung babak pertama. Kali ini lewat tendangan bebas Xavi. Namun bola masih jatuh tepat di pelukan Lloris.

Memasuki babak kedua, Prancis menyerang lebih dulu dari sisi kanan. Debuchy yang menggiring bola mendapat kawalan ketat dari Jordi Alba. Tapi serangan ini patah setelah Debuchy melanggar Jordi Alba.

Alonso kembali melakukan percobaan dari luar kotak penalti. Sial baginya, tembakannya masih melayang jauh dari sasaran.

Debuchy! Sundulannya menyambut umpan Ribery yang bergerak dari sisi kiri melayang tipis di atas mistar gawang Casillas.

Spanyol balik menyerang. Tapi umpan terobosan dari Iniesta ke Fabregas yang lolos dari jebakan offside mampu dipotong oleh Lloris.

Serangan kembali datang dari Spanyol. Pedro yang bergerak dari sisi kiri kemudian melepaskan umpan. Namun umpannya berhasil dipotong oleh Koscielny sebelum bola sampai ke kaki Torres.

Prancis menyerang dari sisi kiri. Ribery berhasil membawa bola masuk ke dalam kotak penalti kemudian melepaskan umpan dari sudut sempit. Tapi bola berhasil dihalau oleh Casillas.

Torres mendapat bola terobosan dari Jordi Alba kemudian melepaskan tembakan yang mampu dihalau oleh Lloris. Tapi hakim garis sudah mengangkat bendera karena Torres sudah terjebak offside.

Spanyol menggandakan keunggulan jelang laga berakhir lewat titik putih. Wasit menghadiahkan tendangan penalti setelah Pedro dijatuhkan oleh Reveillere.

Alonso maju sebagai algojo sukses menjalankan tugasnya. Spanyol menutup laga dengan kemenangan 2-0.

Susunan Pemain:
Spanyol: Casillas, Arbeloa, Pique, Ramos, Alba, Busquets, Alonso, Xavi, Silva (Pedro 65'), Fabregas (Torres 66'), Iniesta (Cazorla 83')

Prancis: Lloris, Reveillere, Rami, Koscielny, Clichy, Debuchy (Menez 64'), M'Vila (Giroud 78'), Cabaye, Malouda (Nasri 64'), Ribery, Benzema

Saturday, June 23, 2012

'Tiga Singa' Ingin Menangi Laga di Waktu Normal



Krakow - Timnas Inggris punya pengalaman pahit dengan yang namanya adu penalti. Tapi itu tak merisaukan Roy Hodgson saat timnya bertemu Italia besok, meskipun ia ingin memenangi laga di waktu normal.

Melawan Italia di Olympic Stadion Kiev, Senin (25/6/2012) dinihari WIB besok, Inggris boleh jadi lebih diunggulkan untuk menang mengingat performa mereka di fase grup. Tapi melawan Azzurri yang punya pertahanan solid dan segudang pengalaman, kemenangan tak akan mudah diraih dan boleh jadi laga akan berlanjut ke extra time atau bahkan diselesaikan lewat adu penalti.

Untuk yang terakhir itu peluang Inggris dan Italia sama-sama besar karena mereka punya sosok kiper tangguh dalam diri Joe Hart serta Gianluigi Buffon. Tapi The Three Lions punya rekor buruk menyoal adu penalti.

Lima kali mereka menjalani adu penalti di turmanen besar seperti Piala Eropa 1996 dan 2004 plus Piala Dunia 1990, 1998 dan 2006, kesemuanya berakhir dengan kekalahan. Tentu memori buruk itu belum hilang sepenuhnya dan boleh jadi masih menghantui para pemain dan juga fans.

Pertanyaan soal kemungkinan adu penalti pun diajukan para jurnalis kepada Hodgson usai memimpin latihan di markas mereka di Krakow. Lalu Hodgson menegaskan jika adu penalti akan dihindari sebisa mungkin oleh timnya. Baginya Steven Gerrard dkk wajib menang lewat pertarungan di waktu normal 2x45 menit.

Bahkan hingga saat ini pun Hodgson belum menentukan siapa-siapa algojo penalti jika pun Inggris harus mencapai fase itu. Sebab penalty shoot-out tak pernah terlintas dalam pikirannya.

"Aku belum memutuskan siapa yang akan jadi algojo penalti. Jadi tidak usah berspekulasi. Pertama-tama aku tidak tahu apakah laga akan diteruskan ke adu penalti dan yang kedua, siapa yang akan masih berada di lapangan usai 120 menit laga," tegas Hodgson di Sportinglife.

"Aku ada seorang yang optimistis. Aku tidak berpikir laga akan berlanjut ke adu penalti. Aku hanya mengantisipasi untuk kami bisa menang di waktu normal. Kami saja belum bertandingan, jadi mengapa Anda harus memintaku untuk memikirkan soal bagaimana jika laga berlanjut sampai 120 menit?" sambungnya.

"Itu adalah pikiran yang negatif dan aku tidak mengerti mengapa begitu terobsesi dengan itu," tandas Hodgson.

Hodgson Tak Salah Bawa Terry ke Polandia-Ukraina



Krakow - Penunjukkan John Terry sebagai bagian skuad Inggris di PIala Eropa 2012 awalnya mendapat banyak tentangan serta kritik. Tapi sejauh ini penampilan Terry terhitung memuaskan dan Roy Hodgson pun mengakui.

Kasus rasisme yang sedang menyangkut Terry adalah sebab utama mengapa media-media Inggris serta para fans banyak yang menyoroti keputusan Hodgson membawa bek Chelsea itu ketimbang Rio Ferdinand.

Persoalan ini kian memanjangkan perkara Terry yang sebelumnya sudah membawa korban yakni Fabio Capello yang mundur dari kursi pelatih, akibat pencopotan ban kapten dari lengan Terry.

Maka wajar Terry adalah sosok pemain Inggris yang paling disorot di Piala Eropa kali ini dan tiga laga di fase Grup jadi penilaian awal untuk pemain yang sempat tersangkut kasus perselingkuhan itu.

Setelahnya Inggris berhasil melewati babak tersebut dengan status juara grup dan penampilan Terry pun terhitung luar biasa bersama Joleon Lescott di jantung pertahanan Inggris.

Meski gawang Inggris kebobolan tapi kesigapan Terry dalam mengawal pertahanan dapat membuat tenang Joe Hart di bawah mistar. Salah satunya adalah ketika melawan Ukraina di mana ia menyapu bola hasil sepakan pemain Ukraina yang nyaris masuk ke gawang.

Maka wajar jika Hodgson menyebut keberhasilan Inggris melaju ke perempatfinal tak lepas dari perang Terry (dan Lescott) di lini belakang.

"Dia membawa penampilan bagusnya di akhir musim ke turnamen ini. Senang rasanya melihat ia mampu bekerja sama dengan baik bersama Joleon Lescott," tukas Hodgson di BBC.

"Jelas cederanya Gary Cahilll membuat persaingan di posisi (bek tengah) menurun dan jelas dari awal, dia dan Joleon sangat melindungi kami dan duet mereka sangat sangat penting bagi kami," pungkas Hodgson.

'Kritik Bikin Ronaldo Lebih Tangguh'



Warsawa - Penampilan Cristiano Ronaldo di Piala Eropa kali ini tak lepas dari kritik serta cemoohan. Tapi itu semua justru dinilai malah bikin Ronaldo semakin kuat.

Punya rekor gol yang luar biasa di Real Madrid dalam dua musim terakhir plus berhasil membawa tim itu jadi juara musim lalu, membuat Ronaldo dijagokan akan bersinar di Piala Eropa dan membawa Portugal berprestasi.

Tapi Ronaldo justru tampil buruk di dua laga awal melawan Jerman dan Denmark. Pemain termahal dunia itu menyia-nyiakan banyak peluang yang didapatnya dan jelas kritik menghampirinya.

Puncaknya adalah saat di laga Denmark, Ronaldo terlihat begitu kesal ketika para penonton meneriakkan nama Lionel Messi, yang notabene adalah rivalnya di La Liga, ketika pesepakbola 27 tahun itu sedang menguasai bola.

Tapi Ronaldo seperti membungkam segala kritik itu lewat penampilan cemerlangnya di pertandingan kontra Belanda dan Republik Ceko. Tiga gol berhasil disumbangkan di dua laga itu dan kini Seleccao Das Quinas sudah ada di semifinal.

Penampilan Ronaldo di dua laga itu membuat dirinya kini memuncaki daftar Castrol Index yang biasa mengurus statistik para pemain di Polandia-Ukraina.

Melihat penampilan rekan setimnya itu, bek Portugal Pepe menegaskan jika Ronaldo bisa seperti itu karena terpacu oleh kritik dan cemoohan yang belakangnya datang kepadanya. Ia pun berharap Ronalo bisa melanjutkannya di semifinal nanti.

"Semakin sering Anda membicarakan Cristiano Ronaldo, maka dia akan semakin tangguh. Dia adalah pemain dari planet lain. Baginya tidak penting untuk menjadi yang terbaik di dunia. Dia luar biasa," ujar Pepe kepada RTP yang dilansir ESPN Star.

"Di atas lapangan, saya melihatnya dan berpikir bahwa dia berasa dari planet lain. Dia selalu tampil luar biasa di setiap laga yang dimainkannya," pungkas Pepe.

La Furia Roja Diminta Lebih 'Membunuh'



Donetsk - Timnas Spanyol tak lepas dari kritik berkat permainan "membosankan" di fase grup. Andres Iniesta menilai kritik itu cuma bisa dijawab dengan menang sekaligus mencetak banyak gol saat melawan Prancis.

"Membosankan" yang dimaksud adalah La Furia Roja memang menguasai jalannya pertandingan dengan ball possesion selalu unggul dari lawannya. Mereka selalu mengurung lawannya dan tak membiarkan bola direbut.

Tapi kekurangan paling terlihat adalah para pemain Spanyol kurang efektif dalam menyelesaikan peluang di depan gawang. Mereka terlihat lebih asyik mengoper bola ke sana kemari dan seperti lupa bahwa mereka harus mencetak gol.

Fenomena itu terlihat saat melawan Italia dan Kroasia di mana Spanyol memang kesulitan karena lawan bermain pasif dan lebih banyak menunggu bola untuk melakukan counter attack.

Melawan Prancis di perempatfinal Piala Eropa di Donbass Arena, Minggu (24/6/2012) dinihari WIB nanti, Spanyol tak boleh lagi mengulangi hal yang sama. Karena jika masih tampil "pas-pasan", Les Bleus siap memberi hukuman karena mereka punya kualitas untuk itu.

"Akan jadi laga yang sangat ketat di mana mereka juga ingin menguasai bola. Mereka pun suka memainkan bola dan punya tim berkualitas, khususnya dari gelandang ke penyerang," tukas Iniesta di situs resmi UEFA.

"Mereka adalah tim yang berbahaya. Kuncinya adalah bagaimana kami bisa bermain efektif dan penguasaan bola yang kami miliki," sambungnya.

"Kami harus agresif dan terus memegang possesion, mencari dan menyelesaikan peluang. Di fase gugur seperti ini Anda harus lebih 'membunuh' dan seperti itulah laga akan berjalan," pungkas Iniesta.

Misi Spanyol Mengubah Sejarah



Donetsk - Spanyol memang lebih diunggulkan saat bertemu Prancis di perempatfinal Piala Eropa 2012. Kendati demikian, La Furia Roja perlu membuat sejarah baru untuk bisa menyingkirkan Les Bleus.

Meski berstatus juara dunia dan juara Eropa, Spanyol punya rekor buruk saat bertemu Prancis di laga kompetitif. Tim 'Matador' tak pernah menang dalam enam pertemuan, cuma seri sekali dan kalah lima kali. Dalam duel terakhir di babak 16 besar Piala Dunia 2006, Spanyol kalah 1-3.

Dengan fakta tersebut, pelatih Spanyol, Vicente del Bosque, menaruh kewaspadaan penuh untuk laga di Donbass Arena, Donetsk, Sabtu (23/6/2012).

"Semua orang berpikir kami adalah favorit karena kami memenangi Piala Eropa empat tahun lalu dan Piala Dunia dua tahun lalu," ucap Del Bosque di situs resmi UEFA.

"Namun, ada fakta bahwa Prancis selalu lebih baik daripada kami di pertandingan kompetitif. Jadi, kita lihat saja apakah kami bisa mengubah sejarah. Kami merendah, namun tetap optimistis," tuturnya.

Pemenang duel Spanyol versus Prancis selanjutnya akan berhadapan dengan Portugal di babak semifinal.

Punya Banyak Pilihan Pemain, Del Bosque Tak Pusing



Donetsk - Pelatih timnas Spanyol, Vicente Del Bosque, sedang dihadapkan pada banyak pilihan pemain untuk diturunkan melawan Prancis nanti. Meski bikin pusing, Del Bosque mengaku senang dan tak masalah dengan hal itu.

Meski masih menggunakan sepakbola khas tiki-taka dan pemain yang sama di tiga laga fase grup, namun Del Bosque sejatinya tak punya pilihan tetap di lini depan.

Di pertandingan pertama, Del Bosque membuat kejutan dengan menurunkan formasi tanpa striker lalu memasukkan Fernando Torres di 15 menit terakhir. Kemudian di laga kontra Republik Irlandia, Del Bosque menurunkan Torres sejak menit awal dan hasilnya menang 4-0.

Lalu di laga kontra Kroasia, Torres kembali dipasang sebagai starter dan nyaris frustrasi sepanjang laga, Spanyol akhirnya menang 1-0 lewat gol Jesus Navas. Gol tersebut justru hadir setelah Cesc Fabregas masuk menggantikan Torres dan bermain tanpa striker (kembali).

Melawan Prancis di laga perempatfinal, Minggu (24/6/2012) dinihari WIB, Del Bosque pun kembali akan dihadapkan pada problema serupa. Menurunkan Torres (atau striker lain) sejak menit awal atau kembali bermain dengan formasi "4-6-0"?

Sejauh ini baru Torres, Alvaro Negredo dan Pedro Rodriguez dari empat stok striker Spanyol yang dimainkan oleh Del Bosque. Pelatih 63 tahun itu masih menyimpan Fernando Llorente di bangku cadangan.

Menyoal itu, Del Bosque enggan banyak berkomentar. Del Bosque menilai dengan skuad yang dimilikinya saat ini, ia punya kemudahan untuk meracik permainan plus kesulitan tentunya memilih siapa-siapa yang bakal mengisi starting eleven.

"Saya belum memutuskan tim saya saat ini. Kami punya banyak pemain hebat yang bisa bermain di lini depan. Saya punya 23 pemain hebat yang sangat penting untuk klub mereka dan aku tidak bisa menggunakan mereka semua," tukas Del Bosque di ESPN Star.

"Tidak bagus rasanya jika tidak tidak ada keraguan dalam memilih pemain. Kami punya performa dan tim yang stabil serta alternatif untuk beberapa posisi," pungkasnya.

Friday, June 22, 2012

Merah Redup 'Setan Merah'



Kegagalan tetaplah sebuah kegagalan, seperti apa pun bentuknya. 'Setan Merah' mau tak mau harus mengakui bahwa merah mereka tidak menyala terang musim ini.

Jose Mourinho pernah berujar bahwa dirinya lebih suka memenangi liga ketimbang Liga Champions. Alasannya? Memenangi liga butuh konsistensi sepanjang musim. Berbeda halnya dengan Liga Champions, yang terkadang suksesnya bisa ditentukan lewat performa dari dua buah leg. Singkat kata, Mourinho ingin menggarisbawahi bahwa memenangi liga lebih sulit dari Liga Champions.

Dan di sinilah kita sekarang... Beberapa musim setelah komentar Mourinho itu terucap. Manchester City baru saja berhasil menjuarai Liga Inggris lewat dua buah gol di injury time--gaya yang sebenarnya selama ini menjadi trademark dari Manchester United. The Citizens mengakhiri puasa 44 tahun gelar juara Liga Inggris, sementara The Red Devils pun dibuat hampa gelar.

Beberapa mungkin bisa berkilah bahwa MU sudah mendapatkan Community Shield musim ini. Caranya pun dengan mengalahkan City pula. Tetapi percayalah, jika Roy Keane masih menjadi kapten, maka ia tak akan terlalu senang dengan pencapaian itu. Keano pernah tertangkap basah kamera mengangkat trofi Community Shield dengan muka datar. Biasa-biasa saja.

Dalam tujuh tahun terakhir, ini merupakan musim terburuk MU. Ketika itu di musim 2004/2005, MU sama sekali gagal mempersembahkan trofi buat fansnya: duduk di posisi tiga Premier League, jadi runner up Piala FA, semifinalis Piala Liga Inggris, runner up Community Shield, dan terdepak di fase knock-out pertama Liga Champions.

MU, beserta pendukungnya, memang layak kecewa. Tapi, mau tak mau mereka harus mengakui bahwa City tampil lebih baik dan punya skuad yang relatif lebih baik pula. Setidaknya City tidak membuyarkan kesempatan ketika mereka harus meraihnya, dan ini dibuktikan pada laga melawan Queens Park Rangers semalam. Sementara itu, MU mungkin mengutuki kegagalan mereka mempertahankan keunggulan delapan poin yang sempat ada.

City memang sempat tampil off-form di bulan Maret, di mana mereka menelan satu kekalahan dan dua hasil imbang dari lima laga yang dijalani. Tetapi, mereka justru bangkit di saat yang tepat. Berkebalikan dengan MU yang justru punya start sangat brilian di awal musim--menang besar atas Arsenal dan Bolton, lalu menang meyakinkan atas Chelsea--tapi justru melempem di pertengahan musim dan tersandung ketika harusnya mereka berlari kencang.

MU mungkin tengah menyesali poin-poin yang hilang akibat performa yang kerap naik-turun itu. Sebab, siapa sangka mereka hanya akan kalah oleh selisih gol. Gary Neville menyebut, kehilangan gelar juara akibat kalah selisih gol adalah apa yang selalu ditakutkan Sir Alex Ferguson selama ini. "Itu adalah mimpi terburuknya. Kehilangan gelar juara karena selisih gol adalah apa yang selalu dia ungkapkan di setiap musim," ungkap mantan kapten 'Setan Merah' ini.

********

London, 28 Mei 2011, Sir Alex Ferguson tersenyum seraya menjabat tangan Pep Guardiola. Padahal timnya baru saja dikalahkan Barcelona 1-3. Tapi, pria asal Skotlandia itu mengaku tak menyesal kalah dari permainan sepakbola yang diperagakan tim sekelas Barca. Dasar Fergie, kekalahan pun dipandangnya sebagai sebuah tantangan baru. Sejak kekalahan di Wembley itu, ia bertekad untuk menjungkalkan Los Cules--sama seperti ketika ia bertekad untuk menjungkalkan Liverpool dari takhta penguasa Liga Inggris.

Beberapa bulan berselang, Fergie membawa skuadnya yang baru ditinggal Paul Scholes dan Edwin Van der Sar ke Amerika Serikat untuk melakukan tur pra-musim. Di sini ia menemukan betapa briliannya Tom Cleverley dan padunya ia dengan Anderson di lini tengah. Nama yang disebut belakangan berjanji akan tampil maksimal di musim baru andai mendapatkan persiapan yang cukup selama pra-musim. Keduanya tampak menjanjikan sehingga Fergie pun memilih untuk tak membeli seorang gelandang untuk menggantikan Scholes.

Cleverley dan Anderson pun tampil menjanjikan di awal-awal musim, sampai akhirnya tiba laga melawan Bolton. Cleverley cedera akibat mendapatkan tekel dari Kevin Davies dan akhirnya harus menghabiskan sepanjang musim bolak-balik ruang perawatan. Ketika ia kembali bermain, performanya pun tak kunjung kembali seperti ketika di awal musim. Bagaimana dengan Anderson? Sepekan setelah melawan Bolton, ketika menghadapi Chelsea, ia tampil biasa-biasa. Ia hanya bertahan sampai menit 63 sebelum akhirnya digantikan Michael Carrick. Penampilannya pun tak kunjung sama lagi. Banyak yang menilai Anderson kehilangan partner sehati di lini tengah pada diri Cleverley.

Lini tengah MU pun limbung. Mereka kerap tampil "kurang darah" dan akhirnya tampil relatif datar dengan permainan yang nyaris tak atraktif. Hal ini diperparah dengan absen dan cederanya sejumlah pemain seperti Darren Fletcher, Nemanja Vidic, hingga Chris Smalling. MU memang layak bangga bahwa dengan skuad compang-camping saja mereka bisa duduk di posisi dua. Namun, bukan itu intinya. Dengan pilihan pemain yang terbatas dan skuad yang nyaris tidak dalam, MU tidak bisa mengembangkan taktik ataupun strategi. Mereka memang sukses, tapi permainannya tidak terlalu menyenangkan untuk dilihat.

Situs taktik Zonal Marking, pernah melabeli MU pada periode 2006 hingga 2009 sebagai salah satu tim terbaik dekade ini. Tim dari era tersebut telah membuat MU meraih tiga titel Premier League, dua Piala Carling, satu Liga Champions, dan satu Piala Dunia Antarklub. Fergie dengan bebas bisa mengkreasikan formasi dari 4-4-2, 4-5-1, 4-2-3-1, hingga 4-3-3 tanpa striker murni. Hal itu mungkin dilakukannya karena ia punya Cristiano Ronaldo, Carlos Tevez, dan Wayne Rooney di depan, gelandang-gelandang lincah semodel Park Ji-Sung dan Nani di sayap, visi passing dari Scholes dan Carrick, serta kegigihan seorang Owen Hargreaves. Tak lupa pula, Rio Ferdinand dan Vidic juga tengah berada dalam performa puncak.

Fergie, meskipun sepuh untuk ukuran seorang manajer, tidak buta taktik sepakbola modern. Meski kerap mematok formasi 4-4-2, pola tersebut kerap berubah seiring dengan berjalannya pertandingan atau musim. Di era 90-an ia tak ragu memasang 4-4-1-1 dengan Eric Cantona berdiri di belakang striker atau memasang Scholes sebagai second striker. Keinginannya untuk terus menang dengan sepakbola menyerang telah membawanya ke berbagai momen dan situasi, mulai dari membawa Aberdeen menjungkalkan Real Madrid milik Alfredo Di Stefano pada final Piala Winners 1983, hingga pada keinginan ingin merekrut Guardiola dari Barcelona. Ia akhirnya berhasil menerapkan taktik operan satu-dua sentuhan di dalam tubuh MU dalam pencariannya akan sebuah tim terbaik.

Hal itulah yang hilang dari tubuh MU musim ini. Selepas 2009, banyak yang menilai kualitas MU menurun secara permainan, meski sukses mendapatkan satu trofi Premier League dan melaju ke final Liga Champions satu kali lagi. Fergie tak punya lagi Ronaldo yang getol mencetak gol dengan ditopang Rooney dan Tevez yang versatile dan rajin turun ke tengah untuk mencari bola. Tak ada lagi inovasi taktik. MU begitu mono-dimensional. Mereka terkadang mengandalkan serangan Antonio Valencia dari sisi kanan hingga menurunkan Rooney ke lini kedua untuk mengirim umpan jauh. Alhasil, Scholes pun sampai dipanggil kembali dari masa pensiunnya. Sebelum Scholes datang, persentase passing MU tak ada di papan atas deretan tim dengan statistik passing terbaik di Premier League.

Dengan tipikal permainan seperti itu, jangan heran jika MU gagal total di Eropa. Mereka tak mampu lolos dari fase grup Liga Champions dan akhirnya dibuat kewalahan menghadapi permainan Athletic Bilbao di Liga Europa. Tujuan Fergie untuk menjungkalkan Barcelona tertunda--kalau bukan runtuh. Sial bagi mereka, Barca juga gagal total di Eropa musim ini. Guardiola pun keburu mundur, sebelum Fergie bisa membalas kekalahan di final musim lalu.

Ceko Akui Sulit Jaga Ronaldo



Warsawa - Cristiano Ronaldo menjadi penentu kemenangan Portugal atas Republik Ceko di babak perempatfinal. Bek Ceko, Tomas Sivok, mengakui jika Ronaldo adalah pemain yang sulit untuk dihentikan.

Menghadapi Ceko di National Stadium, Warsawa, Jumat (22/6/2012) dinihari WIB, Portugal tampil lebih dominan. A Seleccao akhirnya memenangi laga setelah Ronaldo mencetak gol tunggal di menit ke-78.

Dalam pertandingan itu, Ronaldo tak hentinya menebar ancaman untuk gawang Petr Cech. Situs resmi UEFA mencatat, kapten Portugal itu melepaskan delapan tembakan dan dua di antaranya dimentahkan oleh tiang gawang.

Namun pada akhirnya Ronaldo mencetak gol kemenangan bagi Portugal. Sundulannya memanfaatkan umpan Joao Moutinho mampu membobol gawang Ceko dan mengantar Portugal ke semifinal.

"Portugal menguasai pertandingan dengan baik. Mereka lebih baik dan layak lolos," ujar Sivok di situs resmi UEFA.

"Kami mengatasi serangan Portugal dengan cukup baik di babak pertama, tapi di babak kedua kami mulai kelelahan dan Ronaldo adalah salah satu pemain terbaik di dunia bersama dengan Lionel Messi. Dia membuktikannya dengan sundulannya."

"Dia adalah pemain yang licin, sulit menjaganya, dan hari ini dia membuktikan lagi bahwa dia adalah salah satu dari dua pemain terbaik di dunia," tutupnya.

Spanyol Takkan Biarkan Prancis Kuasai Bola



Gniewino - Spanyol akan berusaha terus mendominasi penguasaan bola kala bertemu Prancis di perempatfinal Piala Eropa 2012. La Furia Roja sangat sadarLes Bleus akan berbahaya kalau dibiarkan menguasai permainan.

Duel seru akan tersaji di Donbass Arena, Donetsk, Sabtu (23/6/2012) besok. Spanyol yang berstatus juara bertahan akan ditantang Prancis, juara edisi 1984 dan 2000.

Kendati dikenal selalu dominan dan banyak menguasai bola di tiap laga, Spanyol menilai Prancis adalah lawan spesial yang tak akan mudah didominasi. Tim arahan Vicente del Bosque ini pun bertekad untuk tak membiarkan lawannya itu banyak menyentuh si kulit bundar.

"Sejak Laurent Blanc datang, mereka lebih banyak menyentuh bola dan juga lebih agresif," ucap bek Javi Martinez di AFP.

"Kami harus memaksimalkan gaya kami dan memainkan penguasaan bola kami. Kedua tim akan berusaha mendapatkan bola dan kuncinya adalah mendapatkan itu dari mereka," tambahnya.

"Prancis adalah tim yang ingin mendapatkan bola dari awal. Dari tengah ke depan mereka tidak akan menahannya, tapi mencoba untuk mengoper dengan cepat dan menembak," ujar pemain Athletic Bilbao ini.

"Mereka adalah salah satu tantangan tersulit yang kami hadapi. Namun, kami akan mencoba untuk merebut bola dari mereka," kata Martinez.

Milan Baros Tutup Karier Internasional



Jakarta - Milan Baros sampai pada penghujung kariernya bersama timnas Republik Ceko. Usai menelan kekalahan atas Portugal di 8 besar Piala Eropa, dia memutuskan gantung sepatu.

Sebuah gol Cristiano Ronaldo membuat Republik Ceko tunduk 0-1 dan terdepak di perempatfinal Euro 2012. Pertandingan tersebut ternyata menjadi laga terakhir Baros, yang pada pertandingan itu dipasang sebagai starter.

Baros tidak menyatakan langsung keputusannya mundur dari timnas kepada media. Dia mengungkapkan hal tersebut di ruang ganti, dihadapan pelatih dan rekan-rekannya.

"Dia hanya mengatakan itu pada rekan-rekannya di ruang ganti, saya tidak bisa memberikan pernyataan atas nama dia," sahut jurubicara tim Republik Ceko, Jaroslav Kolar seperti diberitakan AFP.

"Pemain yang lain serta pelatih bereaksi dengan memberikan tepuk tangan selama lima menit. Itu cukup lama dan memunculkan suasana yang emosional," lanjut dia.

Baros mulai membela timnas senior Republik Ceko sejak tahun 2001, tapi pengabdiannya buat negara sudah dimulai sejak enam tahun sebelumnya mulai dari level timnas U-15, U-16, U-17, U-18 dan U-21. Tak ada gol berhasil dibuat Baros di Piala Eropa 2012 ini, yang membuat total golnya bersama Republik Ceko masih bertahan di angka 41, dari total 93 caps.

Salah satu momen terbaik Baros adalah saat dia mengantar Liverpool menjuarai Liga Champions tahun 2005. Namun setelah itu penampilannya terus menurun.

Baros Tutup Karier Internasional

Milan Baros sampai pada penghujung kariernya bersama timnas Republik Ceko. Usai menelan kekalahan atas Portugal di 8 besar Piala Eropa, dia memutuskan

mundur.

Sebuah gol Cristiano Ronaldo membuat Republik Ceko tunduk 0-1 dan terdepak di perempatfinal Euro 2012. Pertandingan tersebut ternyata menjadi laga terakhir

Baros, yang pada pertandingan itu dipasang sebagai starter.

Baros tidak menyatakan langsung keputusannya mundur dari timnas. Dia mengungkapkan hal tersebut di ruang ganti, dihadapan pelatih dan rekan-rekannya.

"Dia hanya mengatakan itu pada rekan-rekannya di ruang ganti, saya tidak bisa memberikan pernyataan atas nama dia," sahut jurubicara tim Republik Ceko,

Jaroslav Kolar seperti diberitakan AFP.

Pemain yang lain serta pelatih bereaksi dengan memberikan tepuk tangan selama lima menit. Itu cukup lama dan memunculkan suasana yang emosional," lanjBaros Tutup Karier Internasional

Milan Baros sampai pada penghujung kariernya bersama timnas Republik Ceko. Usai menelan kekalahan atas Portugal di 8 besar Piala Eropa, dia memutuskan

mundur.

Sebuah gol Cristiano Ronaldo membuat Republik Ceko tunduk 0-1 dan terdepak di perempatfinal Euro 2012. Pertandingan tersebut ternyata menjadi laga terakhir

Baros, yang pada pertandingan itu dipasang sebagai starter.

Baros tidak menyatakan langsung keputusannya mundur dari timnas. Dia mengungkapkan hal tersebut di ruang ganti, dihadapan pelatih dan rekan-rekannya.

"Dia hanya mengatakan itu pada rekan-rekannya di ruang ganti, saya tidak bisa memberikan pernyataan atas nama dia," sahut jurubicara tim Republik Ceko,

Jaroslav Kolar seperti diberitakan AFP.

Pemain yang lain serta pelatih bereaksi dengan memberikan tepuk tangan selama lima menit. Itu cukup lama dan memunculkan suasana yang emosional," lanjut dia.

Baros mulai membela timnas senior Republik Ceko sejak tahun 2001, tapi pengabdiannya buat negara sudah dimulai sejak enam tahun sebelumnya mulai dari level

timnas U-15, U-16, U-17, U-18 dan U-21. Tak ada gol berhasil dibuat Baros di Piala Eropa 2012 ini, yang membuat total golnya bersama Republik Ceko masih

bertahan di angka 41.

Salah satu momen terbaik Baros adalah saat dia mengantar Liverpool menjuarai Liga Champions tahun 2005. Namun setelah itu penampilannya terus menurun.ut dia.

Baros mulai membela timnas senior Republik Ceko sejak tahun 2001, tapi pengabdiannya buat negara sudah dimulai sejak enam tahun sebelumnya mulai dari level

timnas U-15, U-16, U-17, U-18 dan U-21. Tak ada gol berhasil dibuat Baros di Piala Eropa 2012 ini, yang membuat total golnya bersama Republik Ceko masih

bertahan di angka 41.

Salah satu momen terbaik Baros adalah saat dia mengantar Liverpool menjuarai Liga Champions tahun 2005. Namun setelah itu penampilannya terus menurun

Thursday, June 21, 2012

Barca Akan Perkuat Lini Belakang




Barcelona - Pelatih baru Barcelona, Tito Vilanova, memberi sinyal klubnya akan merekrut beberapa pemain berposisi bek. Menurutnya, perbaikan lini belakang adalah kebutuhan paling mendesak.

Musim lalu, lini pertahanan Barca memang diterpa sejumlah masalah. Eric Abidal harus absen lama karena penyakit dalam, sementara Gerard Pique dan Carles Puyol beberapa kali dibekap cedera. Sebagai solusi darurat, Javier Mascherano yang aslinya seorang gelandang dijadikan bek tengah oleh pelatih saat itu, Pep Guardiola.

Vilanova berharap masalah ini akan teratasi pada musim depan. Salah satu solusi yang dia miliki adalah dengan mendatangkan amunisi baru di sektor belakang.

"Memang benar kami ingin melakukan penguatan di lini belakang. Kami punya masalah di sana dan kami harus beradaptasi dengan pamain-pemain (yang ada)," ujar Vilanova seperti dikutip Sky Sports.

"Kami menginginkan seorang bek kiri dan seorang bek tengah," tegasnya.

Untuk sektor lainnya, Vilanova sudah cukup puas. Dia juga tak akan mengutak-atik lini serang timnya.

"Di depan kami tak akan mendatangkan pemain lain. Tahun ini (David) Villa, Alexis (Sanchez), dan Pedro cedera, namun musim depan kami berharap akan baik-baik saja. Kami juga masih punya Cristian Tello dan Isaac Cuenca," tutur dia.

Rosicky: Ronaldo Pemain Terbaik Dunia? Saya Meragukannya




Wroclaw - Tomas Rosicky melakukan psy war kepada Cristiano Ronaldo.Playmaker Republik Ceko itu menyebut CR7 tidak layak disebut sebagai pemain terbaik dunia. Alasannya, CR7 jarang membantu pertahanan.

Republik Ceko dan Portugal akan berduel di babak perempatfinal Euro 2012 pada Jumat (22/06/2012) dini hari mendatang. Rosicky juga menambahkan, Ronaldo hanya bagus dalam penyerangan dan mencetak gol, karena ia ia menilai kemampuan CR7 tidak komplit.

"Dia (Ronaldo) memang penyerang yang bagus, namun dia tak pernah membantu pertahanan," Ujar pemain berusia 31 tahun tersebut seperti dilansirThe Sun.

"Terkadang anda hanya mampu mencetak gol dan tak merasa perlu membantu pertahanan. Apakah dia pemain terbaik? Saya ragu apakah ia layak disebut seperti itu," lanjut dia.

Rosicky pun menampik jika Seleccao lebih difavoritkan ketimbang Ceko. Dia menilai pertandingan tersebut akan dipengaruhi oleh beberapa detail kecil.

"Banyak orang menganggap Portugal adalah favorit di laga ini, tetapi bagaimana anda dapat menilainya? Semua tim sama kuat di turnamen (Piala Eropa 2012) ini. Beberapa detail kecil akan menentukan siapa pemenangnya."

"Kami tak memiliki pemain bintang. Barangkali ada Petr Cech dan saya sendiri, tetapi kami akan mengalahkan Portugal sebagai satu kesatuan tim," tegasnya.

Capello: Spanyol & Jerman Bakal Bertemu di Final




Krakow - Fabio Capello punya prediksi yang sama dengan kebanyakan orang mengenai siapa yang akan tampil di final Piala Eropa 2012. Pelatih asal Italia itu memilih Spanyol dan Jerman untuk berduel di partai puncak.

Penilaian itu justru dikeluarkan Capello ketika dirinya ditanyakan mengenai prediksi siapa pemenang partai perempatfinal antara Inggris kontra Italia. Seperti diketahui Inggris adalah eks tim yang pernah ditangani Capello sedangkan Azzurri adalah negara asal pria 63 tahun itu.

Setelah Belanda tersingkir, maka Spanyol dan Jerman jadi kandidat terkuat juara yang tersisa di turnamen. Meskipun masih ada nama-nama macam Inggris, Italia, Prancis atau Portugal, namun tetap kedua finalis Piala Eropa 2008 masih paling besar peluangnya melaju ke final.

Apalagi dari bagan turnamen di fase knockout, memungkinkan keduanya bertemua asal Spanyol dan Jerman mampu menundukkan lawan-lawannya. Di perempatfinal, Spanyol menghadapi Prancis sementara Jerman ditantang kuda hiam, Yunani.

"Saya punya sentimen yang berlawanan untuk laga hari Minggu besok (Inggris kontra Italia)," tutur Capello diFootball Italia.

"Saya melatih Inggris selama empat tahun dan saya tidak bisa melupakan begitu saja. Bagaimana pun, Spanyol dan Jerman akan jadi dua finalis Piala Eropa 2012," tambahnya.

"Jerman punya spirit yang luar biasa dan punya kekuatan dahsyat, sementara Spanyol adalah tim yang memainkan sepakbola terbaik saat ini meskipun mereka kehilangan kekuatan di lini depan - mereka butuh pemain seperti Lionel Messi."

"Secara keseluruhan, saya pikir dua tim ini adalah tim paling superior dibanding yang lain di kompetisi ini," tutupnya.

Mourinho Puji Prandelli & Butuh Google untuk Tahu Zeman




Madrid - Jose Mourinho melontarkan pujian untuk Pelatih Italia Cesare Prandelli. Sebaliknya ia mencibir Zdenek Zeman yang baru duduk di kursi allenatore AS Roma.

Italia sudah sukses melewati fase grup Euro 2012 dan tengah menjejak babak perempatfinal. Gli Azzurri yang dua tahun lalu kandas di babak grup Piala Dunia 2010 kini akan menghadapi Inggris untuk berebut satu tiket semifinal.

Atas kesuksesan Italia tersebut, Mourinho memberi kredit besar buat Prandelli yang disebutnya sudah memberikan sentuhan positif buat gaya bermain Italia.

"Ia telah membentuk sebuah tim yang memainkan sepakbola dengan amat baik," kata Mourinho di Football Italia.

"Akan tetapi, ia harus waspada karena Inggris diam-diam juga sudah berhasil ke babak delapan besar dan mereka sangat pragmatis," lanjut pelatih Real Madrid tersebut.

Bicara soal pragmatis, Mourinho acapkali dituding sebagai sosok pelatih yang juga berciri seperti itu. Zeman, yang musim panas ini ditunjuk menangani Roma setelah mengantar Pescara menjuarai Seri B musim lalu, bahkan tak segan menyebut The Special One sama sekali tidak spesial, biasa saja, dengan tim yang cuma fokus untuk menghentikan lawannya bermain sepakbola.

Mourinho yang di Italia pernah membawa Inter Milan meraih treble itu tidak tinggal diam mendengar komentar miring Zeman. Dengan gaya khasnya, ia pun mengeluarkan balasan.

"Aku menghormati opini semua orang dan itu termasuk Zeman. Tapi siapa sih dia? Di mana dirinya bermain? Aku tidak tahu kalau ia kini melatih Roma dan aku harus mencari tahu dulu apa yang sudah ia menangi. Saat ini aku sedang liburan, tapi aku memiliki waktu luang dan aku akan mencari tahu dengan bantuan (mesin pencari) Google," cetus Mourinho.